Holaaa!!! Yey, sudah lama sekali rasanya tidak mencoret dinding blog ini. Maka, pada kesempatan kali ini, izinkanku mengisi blog ini dengan sesuatu yang bermanfaat, tidak sekadar memuat kata-kata penyemangat dan motivasi hidup(?). Apakah itu?
Sedikit cerita, jadi ini adalah hasil mengikuti lomba menulis proses kreatif yang diadakan oleh salah satu media nasional, hanya saja belum beruntung menyabet gelar juara, jadi daripada nyampah di laptop, lebih baik berbagi :D
Sedikit cerita, jadi ini adalah hasil mengikuti lomba menulis proses kreatif yang diadakan oleh salah satu media nasional, hanya saja belum beruntung menyabet gelar juara, jadi daripada nyampah di laptop, lebih baik berbagi :D
Untuk Melancarkan Proses Menulis Novelmu, Cobalah untuk Lakukan Tips Berikut
Tidak jarang saya mendapatkan pertanyaan bagaimana
caranya bisa menuliskan novel hingga menerbitkannya menjadi sebuah novel yang
fisiknya bisa dinikmati oleh setiap pencinta sastra. Berikut adalah beberapa
hal yang biasanya saya lakukan sebelum, saat, dan sesudah menulis novel. Semoga
bisa menjadi tips yang bisa kamu terapkan.
Sebelum Menulis Novel
1. Menemukan ide
Salah
satu bagian terpenting dalam proses penulisan novel adalah menemukan ide. Pada
dasarnya, ide bisa datang dari mana saja. Ketika berjalan, berbicara dengan
orang lain, melakukan aktivitas sehari-hari, bahkan ketika melihat sebuah gelas
saja, kamu bisa menemukan ide untuk menulis. Misal, kamu bisa menjabarkan
tentang sebuah kehidupan yang dilihat dari dua sisi yang berbeda, setengah
terisi atau setengah kosong, ketika melihat gelas yang terisi atau kosong
setengah.
Jika ide
tidak datang dengan sendirinya, maka cobalah untuk mencari ide. Mencari ide
bisa dilakukan dengan beberapa hal, seperti membaca, menonton film, atau
sekadar melakukan hobi yang disenangi. Bagi seseorang yang dekat dengan alam,
ia bisa jalan-jalan santai menikmati alam, maka ia akan menemukan ide untuk
menulis. Bagi saya pribadi, menghayati sesuatu yang terjadi di dalam kehidupan
saya dan orang-orang di sekitar saya cukup untuk menemukan ide bagi novel saya.
2.
Mengumpulkan
tekad menulis
Setelah
menemukan ide, tekad menulis menjadi bagian terpenting yang harus selalu dijaga
selama sebuah novel diciptakan. Tekad menulis ini sering kali didasari oleh
sebuah niat atau mimpi-mimpi terpendam. Beberapa orang menulis karena memang
kecintaan mereka dan mereka berniat untuk terus mencintai dunia menulis.
Beberapa orang menulis karena ingin menjadi penulis yang terkenal dan memiliki
penggemar yang banyak. Beberapa orang lagi menulis dengan niat ingin
menginspirasi orang lain. Sisanya bahkan menulis dengan niat ingin mengisi
pundi-pundi keuangannya.
Apapun
niat yang mendasari seseorang menulis, semua adalah sah-sah saja. Satu hal yang
ingin saya sampaikan tentang niat ini adalah tentang kekuatannya. Seberapa
yakin dirimu, seberapa ingin kamu mewujudkan niat tersebut menjadi sebuah
kenyataan, sangat memengaruhi seberapa jauh langkahmu dalam menulis. Jika niat
dan tekad sudah mengakar, jauhkanlah sifat malas yang bisa menunda terwujudnya
niat tersebut.
Saat di
tengah perjalanan kamu merasa tekad dalam menulis menurun, berkurang, atau
bahkan pupus, cobalah untuk mengingat kembali rumusan-rumusan niat yang mendasari
tekad menulis sebelumnya. Semoga, perenungan akan niat-niat yang pernah
mengakar tersebut bisa mengembalikan semangat dan tekadmu lagi.
3.
Perbanyak
membaca karya serupa
Saya
pernah mendengar bahwa mustahil bagi seseorang menulis tanpa pernah membaca
sebelumnya. Semakin banyak buku yang dibaca seseorang, akan semakin banyak hal
yang bisa dituliskannya. Bagi seorang calon penulis, terlebih penulis novel,
wajib rasanya untuk memperkaya wawasannya dengan membaca.
Sebenarnya,
tidak mesti bagi seorang penulis novel membaca novel yang serupa seperti yang
ingin ditulisnya. Seorang penulis bisa membaca apa saja bentuk bacaannya. Akan
tetapi, jika ingin menulis sesuatu, misalnya menulis novel, cobalah untuk
membaca berbagai jenis novel dari berbagai jenis genre. Dari banyak novel yang
dibaca, kamu bisa menemukan banyak insight
tentang dunia yang ingin kamu geluti. Jangan hanya menaruh perhatian pada
novel-novel yang sudah menjadi best
seller, tapi usahakan membaca berbagai jenis novel, bahkan yang lahir dari
seorang penulis baru. Dari banyak novel tersebut, kamu sebagai seorang pembaca
bisa melihat banyak kelebihan dan kekurangan. Kamu bisa menilai mengapa sebuah
novel terlihat sangat bagus dan memukau, lantas ada novel yang asyik dibaca di
awal, lalu membosankan ketika memasuki bagian tengahnya. Kamu bisa menemukan
banyak kelebihan dan kekurangan dari banyak novel yang kamu baca, lantas
mengambilnya sebagai bahan pembelajaran untukmu menulis novelmu sendiri.
Kelebihan tadi bisa dicontoh dan kekurangannya bisa dihindari.
4.
Memilih timing yang tepat
Di antara
banyak hal yang harus dipikirkan dan dipersiapkan dalam menulis novel, waktu
untuk menulis novel menjadi sesuatu yang harus dipertimbangkan. Beberapa orang
bisa menulis novel sebagai pekerjaan sampingan, menyisip di antara rutinitas 24
jam mereka. Tetapi bagi sebagian orang lain, menulis novel membutuhkan waktu
khusus dan privat, yang tidak bisa disandingkan dengan kegiatan-kegiatan rutin
24 jam mereka.
Saya
termasuk ke dalam golongan orang yang membutuhkan waktu khusus untuk bisa
menyelesaikan sebuah novel. Untuk bisa menulis sebuah novel, saya harus menulis
dari pagi hingga malam hari, lantas kegiatan-kegiatan rutin lainnya menjadi
selipan. Atas dasar inilah, saya selalu menulis ketika sedang mendapatkan libur
panjang masa sekolah atau kuliah saya. Jika terpaksa harus menulis saat sedang
sekolah atau kuliah, saya tetap memilih hari Sabtu, Minggu, atau hari-hari
libur lain agar fokus saya tetap terjaga.
Soal
waktu ini, sama sekali tidak harus diperdebatkan antara bisa nyambi atau perlu waktu khusus. Hal yang
harus selalu kamu pahami adalah memahami kenyamanan sendiri dalam memilih waktu
menulis. Ketahuilah waktu menulis paling baik bagimu dan jaga selalu waktu
tersebut agar berjalan dengan efektif.
5.
Menyiapkan draf kasar
Ide-ide
yang sudah ditemukan harus segera dituangkan dalam bentuk draf kasar. Pernah
saya membaca sebuah artikel, bahwa ketika seseorang menulis draf novelnya, maka
ia sudah menyelesaikan sepertiga tulisannya. Draf ini akan sangat berguna untuk
memandumu dalam menulis, karena seringkali ide-ide brilian hanya datang sekejap,
lantas pergi jika tidak kamu ikat. Kehadiran draf novel disini adalah untuk
mengikat ide-ide tersebut.
Seperti
saya misalnya, ketika saya tidak bisa langsung menulis, namun ide datang
jauh-jauh hari sebelum liburan tiba, maka saya akan menuliskan drafnya terlebih
dahulu. Besok-besok, ketika saya sudah menemukan waktu yang tepat untuk
menulis, saya tidak kelabakan karena ide sebelumnya hilang atau mungkin
terlupa.
Selain
menjadi pengikat, draf juga bisa menjadi acuanmu untuk “memainkan” naskahmu di
tengah proses menulis. Bisa saja saat menulis, kamu merasa bahwa jalan cerita
yang tertulis di draf lebih baik diubah dengan ide yang kamu temukan saat itu,
agar cerita menjadi menarik. Kamu bisa menambah atau mengurangi suatu bagian
novel ketika merasa draf yang telah kamu buat seharusnya bisa menjadi naskah
novel yang lebih baik. Jadi, tunggu apa lagi, sudahkah kamu menuliskan draf
novelmu? Hati-hati, nanti idemu akan minggat jika tanpa draf.
6.
Melakukan riset
Sambil
menuliskan draf, kamu bisa melakukan riset. Sebuah novel yang baik adalah novel
yang didahului dengan riset. Tentu kamu tidak mau bukan, jika novel yang kamu
tulis kelak akan ketahuan salah oleh pembaca lantaran tidak melakukan riset
sebelumnya? Tere Liye pernah berkata bahwa ia selalu melakukan riset di setiap
penulisan novelnya. Riset yang kamu lakukan akan menjadi acuan kebenaran
terhadap kisah fiksi yang dituliskan. Dengan adanya riset, sebuah novel akan
terlihat “berisi” dan memukau. Dengan adanya riset, sebuah novel tidak melulu
bicara kisah fiksi, melainkan juga mampu memberikan pengetahuan kepada
pembacanya.
Saat Menulis Novel
1.
Konsisten dalam
menulis
Ketika
memutuskan memulai menulis, maka konsistenlah dalam menulis. Buatlah
target-target menulis yang sekiranya bisa kamu jalankan. Entah itu minimal
menulis sehari sekali dan sekali menulis minimal satu paragraf, sehari satu
halaman, atau bahkan sehari satu bab. Target-target yang telah dibuat ini akan
sangat membantu untukmu menyelesaikan novel tepat waktu, sesuai kebutuhan.
Karena keberadaan target tersebut, maka konsistensi sangat dibutuhkan.
Lantas,
bagaimana jika di tengah jalan merasa bosan dan lelah menulis? Istirahatlah. Kamu
bisa melakukan hobi atau hal-hal yang disukai untuk menyegarkan pikiran.
Setelah itu, ingat kembali pada target dan niat yang sudah dibangun sebelumnya,
ya. Ayolah, berkorban dan kembalilah dengan konsistensi menulismu agar bisa
menjadi seorang penulis yang produktif.
2.
Membaca ulang
setiap kali selesai menulis
Percayalah, langkah ini akan menjadi sangat membantu dalam proses
penyuntingan yang akan dilakukan secara menyeluruh ketika sebuah naskah novel
selesai. Membaca ulang dan menyicil penyuntingan setiap kali selesai menulis
novel bisa mengurangi beban penyuntingan yang akan dilakukan di akhir. Jika
seandainya menemukan bagian cerita yang tidak sesuai atau kurang memukau, maka
kamu bisa menyuntingnya sebelum beranjak terlalu jauh. Coba bayangkan jika kamu
menyunting semua bagian cerita di akhir, lantas ada bagian yang ingin kamu ubah
alurnya, maka akan lebih menyusahkan daripada dilakukan sebelum semua cerita
selesai.
Setelah Menulis Novel
1.
Menyunting
seluruh tulisan
Tadaaa,
akhirnya naskah novel kasarmu selesai. Ayo, segera lakukan penyuntingan.
Penyuntingan yang dilakukan bisa dari segi kesalahan pengetikan, pemilihan
kata, tata bahasa, atau bahkan ada bagian atau alur yang ingin diubah.
Menyunting novel terkadang tidak cukup hanya dilakukan sekali. Saya pernah
mendengar bahwa seorang penulis terkenal di Indonesia melakukan penyuntingan
terhadap naskah novelnya yang telah selesai tidak kurang dari enam kali
sunting. Dari proses penyuntingan ini, kamu bisa menghasilkan novel yang lebih
berkualitas, serta dapat menarik perhatian penerbit.
2.
Meminta orang
lain untuk menilai tulisanmu
Dalam
proses penyuntingan, teman-teman bisa meminta orang-orang terdekat atau
orang-orang yang lebih ahli dalam hal menulis untuk menilai tulisan yang sudah
diselesaikan. Mereka sebagai pembaca bisa memberikan masukan dari berbagai
segi, apalagi jika mereka sudah sangat berpengalaman dalam hal membaca
novel-novel yang bagus atau bahkan menulis novel. Kritik dan saran yang mereka
berikan bisa digunakan untuk menimbang-nimbang kembali, bagian mananya dari
novelmu yang harus diubah atau mungkin dirombak.
3.
Memilih penerbit
Inilah
mengapa sebelum menulis, sebaiknya seorang penulis harus banyak membaca berbagai
jenis buku dari berbagai penulis dan jenis penerbit. Selain mengetahui
kelebihan dan kekurangan dari sebuah novel, kamu bisa menilai jenis-jenis novel
yang biasa diterbitkan oleh sebuah penerbit. Perlu diketahui bahwa tidak semua
penerbit mau menerbitkan semua jenis novel. Ada penerbit yang sangat terbuka
dengan kehadiran penulis-penulis pemula, ada penerbit yang lebih senang dengan
novel dari penulis yang sudah berpengalaman. Begitu pula dengan jenis novel
yang mereka terbitkan. Ada penerbit yang hanya menerima naskah-naskah novel
islami, ada penerbit yang hanya menerima genre
teenlit, ada penerbit yang bersedia menerbitkan semua genre novel. Pemilihan penerbit ini menjadi salah satu bagian yang
sangat menentukan apakah novelmu bisa terbit atau tidak.
Perlu diketahui
pula, bahwa pada dasarnya ada dua jenis penerbit, yaitu penerbit mayor dan
penerbit self-publishing. Penerbit
mayor ini seperti penerbit Gramedia, Mizan, Diva Press, dan sebagainya yang
biasa menghiasi toko-toko buku di nusantara. Penerbit ini biasanya akan
melakukan seleksi ketat untuk menerbitkan sebuah novel. Kelak nanti, setiap
naskah yang diterbitkan akan diberikan royalti dengan persenan yang bervariasi
dari satu penerbit dengan penerbit lain. Setiap novel yang telah dinyatakan
lolos seleksi akan diterbitkan secara gratis. Di sisi lain, kehadiran self-publishing juga cukup menarik.
Biasanya, penerbit tersebut tidak akan melakukan seleksi ketat, dengan kata
lain semua naskah yang dikirimkan padanya akan diterbitkan, semasih tidak
melanggar unsur SARA. Penerbit jenis ini ada yang memberlakukan paket
penerbitan dengan harga khusus dan ada juga yang gratis. Perbedaan yang paling
mencolok antara penerbit ini dengan penerbit mayor adalah keberadaan novel yang
jarang menghiasi toko buku, kecuali atas permintaan dan kontrak khusus dengan
penulis. Penerbit self-publishing
biasanya menjual setiap novel produk mereka melalui toko online atau jaringan sosial media yang mereka miliki. Jika penulis
menginginkan, ia bisa membeli sekian eksemplar dari penerbit, lalu menitipnya
di toko-toko buku, agar bisa mencapai semua kalangan pembaca.
4.
Sabar dalam
menanti
Setelah
mengirimkan naskah novel ke penerbit, kesabaran adalah hal terpenting yang
harus selalu kamu jaga. Terkadang penerbit membutuhkan waktu berbulan-bulan
untuk memberikan jawaban iya atau tidak, tapi bagi sebagian penerbit lain hanya
membutuhkan waktu singkat. Selama proses penantian tersebut, upayakan untuk
tidak menyerahkan naskah ke penerbit lain, karena jika seandainya kedua penerbit
menjawab iya, maka kamu akan terjebak dalam masalah. Biarkanlah penerbit
menjawab iya atau tidak terlebih dahulu, barulah kamu boleh memutuskan hendak
diapakan naskahmu selanjutnya. Lantas, jika teman-teman mendapat jawaban tidak,
segera cari penerbit selanjutnya dan jangan biarkan diri sendiri berada dalam
keputusasaan. Naskah Harry Potter saja sudah mengalami belasan kali penolakan
sebelum berhasil diterbitkan dan melegenda hingga detik ini.
Yap, bagaimana teman-teman, semua? Sudahkah kalian siap menyambut kelahiran novel kalian?Sekian tips menulis dari saya, akan sangat membahagiakan
jika teman-teman mengamalkannya, lantas terbukti bisa mempermudah langkah
menulis teman-teman. Salam literasi J
Mantep. Luar biasa
BalasHapusAdeeeek😍😍😍 thanks for visiting
HapusKeren (y). Rasanya hal yang paling sulit itu mengumpulkan tekad buat nulis hihi.
BalasHapus